Meski ada moratorium
pemekaran wilayah, usul pembentukan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara)
sebagai solusi percepatan pembangunan di perbatasan langsung
Indonesia-Malaysia, siap dibahas pada masa sidang II DPR RI, akhir tahun
ini.
"Kalimantan Timur dan Papua Barat menjadi dua provinsi yang
diprioritaskan untuk dimekarkan dan akan segera dibahas di DPR," ungkap
Hetifah Sjaifudian, anggota Komisi X DPR RI dari daerah pemilihan
Kalimantan Timur di Balikpapan, Rabu (9/11/2011). Kalimantan Timur akan
dimekarkan menjadi Kalimantan Utara (Kaltara). Sementara, belum ada
informasi mengenai nama provinsi baru yang akan dikembangkan di Papua
Barat.
Menurut Hetifah, pemerintah pusat dan DPR secara politik
telah sepakat untuk memekarkan wilayah perbatasan seperti Kaltim.
Pemekaran untuk mengatasi banyak masalah di perbatasan, terutama karena
keterbatasan atau kesalahan penganggaran untuk membangun infrastruktur.
"Jadi Kaltara sudah masuk dalam rencana strategis Kementerian Dalam
Negeri. Demikian pula Papua Barat dan sementara ini karena moratorium,
hanya dua daerah itu yang mendapatkan prioritas," katanya.
Ia
mengatakan, Kalimantan Utara itu ibarat beranda rumah yang selama ini
ditelantarkan. Dengan pembentukan Kaltara diharapkan pemerataan
pembangunan di kawasan perbatasan lebih maksimal dan bisa dirasakan
rakyat hingga lapisan terbawah.
Hetifah baru saja kembali dari
kunjungannya ke Krayan, daerah paling utara Indonesia yang berbatasan
langsung dengan negara bagian Sabah, Malaysia. Krayan merupakan
kecamatan di pegunungan Schwanner, di bagian barat Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Timur.
Untuk sampai ke Long Bawan, ibukota Kecamantan
Krayan, jalan tercepat adalah dengan naik penerbangan perintis seperti
Susi Air yang mengoperasikan pesawat berbaling-baling tunggal
berpenumpang 12 orang. Saat ini, tidak ada jalan darat yang bisa
ditempuh dengan mobil untuk sampai dengan cepat dan ekonomis ke Krayan.
"Untuk bepergian antarkampung saja seperti petualangan, saya harus naik
mobil gardan ganda dan melewati jalan-jalan yang penuh kubangan
lumpur," tutur Hetifah.
Selama tiga hari di Krayan, Hetifah
mengunjungi Long Bawan, Tanjung Karya, Berian Baru dan Kampung Baru. Ia
terutama mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di desa-desa tersebut
untuk menyerap aspirasi masyarakat di sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarlah dengan sopan, jangan komentar menggunakan kata-kata kotor.